Bunga merah yang cantik mekar tumbuh pada tumbuhan dihalaman yang subur, diantara rerumputan yang ramah disamping sebuah sungai kecil yang cukup untuknya menyerap segarnya air. Tidak hanya itu, gadis kecil berbaju kuning mentari, berpipi merah dengan 2 kuncir rambutnya selalu memberinya pupuk. Gadis kecil yang berumur 5 tahun itu selalu menengoknya, berbicara padanya agar dia selalu mekar untuk gadis kecil itu. Setiap pagi hari, bunga merah selalu menunggu kedatangan gadis kecil untuk memamerkan cantiknya warna merah mahkota bunganya. Tidak hanya itu, bunga merah tidak segan-segan menunjukan seri pantulan matahari pada embun pagi yang menempel dikelopak bunganya. Gadis kecil selalu datang dengan langkah mungilnya tersenyum, bersama dan menemani bunga merah. Dan bunga merah selalu bersemangat menyambut kedatangan gadis kecil.
Suatu hari,bunga merah tidak begitu merah. Mahkota merahnya sedikit gelap dan tak segar seperti biasa. Gadis itu tidak datang padanya, tidak memberinya pupuk. Namun, bunga merah masih bisa bertahan dengan menyerap air dari sungai kecil disampingnya. Bunga merah berusaha mempertahankan merahnya untuk gadis kecil. Mungkin esok gadis kecil akan datang, mungkin beberapa hari ini gadis kecil sedang tidak sempat menengoknya. Bunga merah tetap bertahan.
Hingga akhirnya, bunga merah semerbak merasakan getaran langkah mungil gadis kecil. Tetapi langkahnya tidak seperti biasa, agak lemah. Namun bunga merah tetap bersiap memamerkan cantiknya warna merah mahkota bunganya dan memantulkan sinar matahari pada embun pagi yang menempel. Dengan penuh tanya, bunga merah tetap bersemangat untuk menyambut kedatangan gadis kecil.
Tapi yang membuat bunga merah sedikit kecewa yang terlihat dari embun pagi yang menetes di tanah. Bunga merah melihat gadis kecil yang biasanya tersenyum padanya dengan pipi merah menggemaskan, sekarang pucat. Gadis kecil tetap memakai baju warna kuning kesukaannya, tapi melingkar syal ungu dilehernya. Gadis kecil itu tetap tersenyum, tapi senyumannya tidak secerah mentari. Bunga merah tetap bertahan memberikan merah segarnya pada gadis kecil. Gadis kecil memberikan dia pupuk dan menyiraminya. Namun bunga merah tidak mengetahui bahwa itu siraman terakhir gadis kecil. Tidak lama gadis kecil berdiri, terjatuh lagi didepannya. Bunga merah melihat gadis kecil sedang memandangnya tersenyum dalam baringnya hingga gadis kecil menutup mata untuk selamanya. Bunga merah masih ingat kata-kata gadis kecil agar selalu mekar untuknya. Tapi sekarang tidak lagi.
Bunga merah tidak akan pernah merasakan lagi langkah mungil gadis kecil, tidak akan pernah lagi melihat senyum gadis kecil, dan tak akan ada lagi yang memberinya pupuk untuknya bertahan. Bunga merah yang sendiri tetap ingin bertahan, berharap gadis kecil akan datang seperti saat dia menunggu gadis kecil dulu. Hingga dia merasa lelah, menghitam, tersungkur di tanah karena batangnya tak lagi mendapat nutrisi untuknya bertopang. Tidak lagi bunga merah merasakan hangatnya mentari dan embun pagi. Tidak lagi bunga merah melihat senyum gadis kecil yang selalu menemani mekarnya dulu. Bunga merah tak lagi berwarna merah, semakin hitam, semakin pekat. Dalam ingatannya, gadis kecil membawa kesejukan dan kesegaran baginya. Hingga bunga merah yang kini benar-benar tak mampu lagi memerah, merelakan mahkotanya yang menghitam terbang bersama angin. Berharap bisa menemukan gadis kecil disemilir angin surga.
No comments:
Post a Comment